Jumat, 18/04/2014 10:20 WIB

Kemungkinan melihat SGerrard akhirnya bisa mencium piala, setelah bertahun-tahun hanya bisa mencium kamera, membuat kepala pusing bukan kepalang. Tapi setelah kemenangan melawan Manchester City akhir pekan lalu, kita semua tahu bahwa this could be their year -- ini bisa jadi musimnya mereka -- bukan lagi cuma kalimat pelipur hati yang lara.
"Listen. This is gone. We go to Norwich, exactly the same. We go together. Come on!"
Apa yang dikatakan dengan berapi-api oleh Steven Gerrard kepada rekan-rekannya usai peluit akhir di Anfield hari Minggu adalah sebuah pidato singkat nan inspirasional. Kalimat tersebut tak akan salah tempat jika diselipkan menjadi dialog film-film heroik olahraga Amerika seperti Remember The Titans atau Any Given Sunday. Pemilik Liverpool, John W. Henry yang orang Boston itu mungkin bisa menelepon Aaron Sorkin dan meminta penulis skenario kenamaan tersebut untuk menciptakan karakter fiktif berdasarkan kepemimpinan Stevie G.
Fans Manchester United yang menyaksikan video motivasi Gerrard tersebut pasti berharap bahwa Gerrard bukan pemain Liverpool karena jauh di dalam lubuk hati, mereka tahu bahwa orasi Gerrard tersebut adalah sesuatu yang keren. Oh betapa fans United mengharapkan ada pemain mereka yang bisa melakukan hal yang sama setiap pertandingan, membakar semangat tim dengan retorika dan kemampuan verbal yang memikat. Wayne Rooney? No chance.
Air mata Gerrard seusai pertandingan adalah air mata tanah perjanjian. Liverpool tak pernah sedekat ini dengan gelar juara Premier League dan terakhir kali mereka jadi juara liga adalah pada tahun 1989 saat Raheem Sterling saja belum lahir. Sekarang nasib Liverpool berada di tangan mereka sendiri. Terserah pada mereka jika mereka ingin menjuarai liga. Menangkan semua partai yang sisa dan tidak peduli betapa Manchester City tiba-tiba mengamuk dan membantai semua lawan dengan skor dua digit, trofi Premier League tetap akan bersemayam di sisi merah Merseyside.
Brendan Rodgers adalah figur yang istimewa karena untuk pertama kalinya dalam waktu yang lama, anda merasa sulit untuk tidak suka pada manajer Liverpool. Rafa Benitez kadang bisa sangat menggelikan dan tidak bisa ditolerir, dan "King" Kenny Dalglish di kesempatan keduanya menjadi manajer Liverpool terlihat seperti mengidap Post-Power Syndrome. Tapi Rodgers berbeda, ia terlihat menawan dan mudah disukai sehingga kita tidak akan mengungkit-ungkit lagi bagaimana ia mencoba terdengar seperti mahasiswa doktoral ilmu filsafat di Being Liverpool.
Berpeluang besar menjadi juara saat target yang ingin dicapai adalah masuk ke zona Liga Champions adalah pencapaian yang layak diberikan karangan bunga. Jika di awal musim anda mengatakan pada fans Liverpool bahwa di bulan April mereka akan berada di puncak klasemen, mereka akan menepuk dada jemawa sebelum terdiam karena sadar bahwa probabilitasnya tak besar. Bahkan fans Liverpool yang paling optimistis pun tahu bahwa, setelah kekecewaan lebih dari 2 dekade, mereka maklum jika di akhir musim mereka gagal lagi.
Tapi Rodgers, yang membawa Swansea City promosi ke Premier League tiga musim lalu dan menyihir seantero Britania Raya dengan tiki-taka bercitarasa Wales, menunjukkan dengan sempurna mengapa ia adalah The Carefully Chosen One.
Dari mana harus mulai memuji Rodgers?
Yang paling jelas, Luis Suarez. Striker asal Uruguay ini hanya mencetak
11 gol di musim penuh pertamanya bersama Liverpool. Di musim pertama
Rodgers di Anfield, Suarez mencetak 23 gol di Premier League.
Musim ini Suarez menjadi kandidat kuat menjadi pemain terbaik liga
dengan 29 gol yang ditorehkannya meski ia absen di 5 pertandingan
pertama. (FYI, dengan kelakuannya, saya selalu menganggap
Suarez adalah homo sapiens yang memuakkan. Tapi sebagai seorang
pesepakbola, ia adalah seniman).
Bukan kebetulan juga saat Rodgers mendatangkan Daniel Sturridge pada musim dingin 2013 yang langsung mencetak 10 musim lalu bagi Liverpool. Musim ini Sturridge menjadi tandem yang sepadan bagi Suarez dan, dengan kombinasi 49 gol yang dicetak keduanya musim ini, duet mereka adalah yang paling mematikan di liga. Sir Alex Ferguson mengatakan bahwa Sturridge adalah sebuah perjudian saat ditransfer dari Chelsea ke Liverpool. Katakan itu lagi kepada Rodgers sekarang dan ia pasti akan terkekeh-kekeh.
Pemain lain yang bersinar di tangan Rodgers adalah Jordan Henderson.
Okay, begini. Hampir setiap klub besar di Premier League punya satu gelandang muda Inggris yang over-rated dan over-priced. Man United punya Tom Cleverley (over-rated) Arsenal punya Jack Wilshere (Lebih hebat dari Cleverley, jelas, tapi tidak sehebat yang dipercaya banyak orang. Over-rated), Manchester City punya James Milner (tidak over-rated, tapi dengan harga 20 juta pounds, jelas over-priced), Everton punya Ross Barkley (belum jelas over-priced atau tidak karena belum dijual, tapi menyamakannya dengan Paul Gascoigne akan membuatnya over-rated. We’ve been here before. Satu nama: Joe Cole).
Di
Liverpool, tadinya pemain jenis ini saya kira Jordan Henderson. Jangan
lupa, Henderson datang ke Anfield di era yang sama dengan Andy Carroll
dan Stewart Downing. Untuk sekian lama, trio pemain ini adalah Three
Stooges dari Merseyside dengan performa yang berbanding terbalik dengan
label harga mereka yang selangit. Mereka adalah posterboy rezim Kenny Dalglish yang awut-awutan itu.
Namun ada alasan mengapa Henderson masih berada di Liverpool ketika Carroll dan Downing sudah berada di Sam Allardyce's Long Ball Wonderland. Rodgers melihat potensi Henderson untuk menjadi box-to-box midfielder bagi Liverpool dan musim ini bekas pemain Sunderland tersebut berkembang pesat. Henderson menjadi keping yang tak terpisahkan sebagai dinamo lini tengah Liverpool.
Di musim yang sama Liverpool mendatangkan Henderson, Manchester United membeli Ashley Young dalam kisaran harga yang sama. Di musim ketiga mereka di klub masing-masing, yang satu telah membuktikan diri menjadi pemain yang hebat, sedang yang satu lagi menjadi, well, Ashley Young.
Kehebatan Rodgers juga terlihat dari bagaimana ia bisa membuat pemain seperti Raheem Sterling mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan bermain konsisten. Lagi-lagi masalah klasik dengan pemain muda Inggris adalah mereka kerap digadang terlalu tinggi saat kemampuan mereka sebenarnya sependek Tyrion Lannister.
Saat Sterling muncul ke permukaan musim lalu, tadinya saya pikir dia hanyalah tipikal pemain muda Inggris yang cepat berlari menyisir sayap tanpa fitur tambahan. One-trick pony. Aaron Lennon 2.0.
Lagi-lagi Rodgers menunjukkan kepiawaiannya dalam meramu taktik ketika usai tahun baru ia menggeser Sterling bermain ke tengah, di belakang striker yang membuat pemain berusia 19 tahun ini praktis menempati peran no 10. Bukti teranyar kesuksesan Sterling di posisi ini bisa terlihat saat partai melawan Man City kemarin itu.
Bukan kebetulan juga saat Rodgers mendatangkan Daniel Sturridge pada musim dingin 2013 yang langsung mencetak 10 musim lalu bagi Liverpool. Musim ini Sturridge menjadi tandem yang sepadan bagi Suarez dan, dengan kombinasi 49 gol yang dicetak keduanya musim ini, duet mereka adalah yang paling mematikan di liga. Sir Alex Ferguson mengatakan bahwa Sturridge adalah sebuah perjudian saat ditransfer dari Chelsea ke Liverpool. Katakan itu lagi kepada Rodgers sekarang dan ia pasti akan terkekeh-kekeh.
Pemain lain yang bersinar di tangan Rodgers adalah Jordan Henderson.
Okay, begini. Hampir setiap klub besar di Premier League punya satu gelandang muda Inggris yang over-rated dan over-priced. Man United punya Tom Cleverley (over-rated) Arsenal punya Jack Wilshere (Lebih hebat dari Cleverley, jelas, tapi tidak sehebat yang dipercaya banyak orang. Over-rated), Manchester City punya James Milner (tidak over-rated, tapi dengan harga 20 juta pounds, jelas over-priced), Everton punya Ross Barkley (belum jelas over-priced atau tidak karena belum dijual, tapi menyamakannya dengan Paul Gascoigne akan membuatnya over-rated. We’ve been here before. Satu nama: Joe Cole).

Namun ada alasan mengapa Henderson masih berada di Liverpool ketika Carroll dan Downing sudah berada di Sam Allardyce's Long Ball Wonderland. Rodgers melihat potensi Henderson untuk menjadi box-to-box midfielder bagi Liverpool dan musim ini bekas pemain Sunderland tersebut berkembang pesat. Henderson menjadi keping yang tak terpisahkan sebagai dinamo lini tengah Liverpool.
Di musim yang sama Liverpool mendatangkan Henderson, Manchester United membeli Ashley Young dalam kisaran harga yang sama. Di musim ketiga mereka di klub masing-masing, yang satu telah membuktikan diri menjadi pemain yang hebat, sedang yang satu lagi menjadi, well, Ashley Young.
Kehebatan Rodgers juga terlihat dari bagaimana ia bisa membuat pemain seperti Raheem Sterling mengeluarkan kemampuan terbaiknya dan bermain konsisten. Lagi-lagi masalah klasik dengan pemain muda Inggris adalah mereka kerap digadang terlalu tinggi saat kemampuan mereka sebenarnya sependek Tyrion Lannister.
Saat Sterling muncul ke permukaan musim lalu, tadinya saya pikir dia hanyalah tipikal pemain muda Inggris yang cepat berlari menyisir sayap tanpa fitur tambahan. One-trick pony. Aaron Lennon 2.0.
Lagi-lagi Rodgers menunjukkan kepiawaiannya dalam meramu taktik ketika usai tahun baru ia menggeser Sterling bermain ke tengah, di belakang striker yang membuat pemain berusia 19 tahun ini praktis menempati peran no 10. Bukti teranyar kesuksesan Sterling di posisi ini bisa terlihat saat partai melawan Man City kemarin itu.
Sebagai perbandingan, Tim Sherwood pernah mencoba memainkan Lennon di
belakang striker ketika Tottenham Hotspur jumpa Chelsea dan hasilnya
Lennon bermain lebih canggung dari ABG yang salah kostum saat prom night.
Problem terbesar Liverpool tentu saja adalah di lini belakang. Jumlah 42 gol yang mereka derita sejauh ini adalah yang terbanyak kedua di antara klub-klub 6 besar sesudah Tottenham. Bahkan ini lebih banyak dari Manchester United yang kebobolan 38 gol. Tapi selama mereka bisa mencetak lebih banyak gol dari lawan, tak akan ada masalah. Seperti Bank Century, Suarez dan Sturridge akan selalu mem-bail out Liverpool dari kesusahan.
Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh fans Liverpool setelah lebih dari 2 dekade penuh nelangsa. Dalam kurun waktu itu, sesuatu yang diasosiasikan dengan Liverpool hampir semua berbau komedi.
Dari jas putih di final Piala FA 1996 hingga rambut kuncir Andriy Voronin. Tapi gol bunuh diri terbaik sepanjang masa Djimi Traore hingga gol bola voli pantai ke gawang Pepe Reina. Hal itu akan berubah tahun ini.
Untuk pertama kalinya di era Premier League, kalimat klasik para Liverpudlian "This Could Be Our Year" -- Ini bisa jadi tahun kita -- bisa diucapkan tanpa ironi. Mereka layak mendapatkannya.
Tapi lepas daripada itu, saya tak tahu bagaimana alam bawah sadar saya akan bereaksi jika melihat Steven Gerrard mengangkat trofi Premier League. Sebagai langkah pencegahan, saya telah membuat janji dengan psikiater seandainya itu membuat saya depresi akut.

====
* Penulis adalah satiris dan presenter olahraga. Bisa dihubungi melalui akun twitter @pangeransiahaan
Problem terbesar Liverpool tentu saja adalah di lini belakang. Jumlah 42 gol yang mereka derita sejauh ini adalah yang terbanyak kedua di antara klub-klub 6 besar sesudah Tottenham. Bahkan ini lebih banyak dari Manchester United yang kebobolan 38 gol. Tapi selama mereka bisa mencetak lebih banyak gol dari lawan, tak akan ada masalah. Seperti Bank Century, Suarez dan Sturridge akan selalu mem-bail out Liverpool dari kesusahan.
Ini adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh fans Liverpool setelah lebih dari 2 dekade penuh nelangsa. Dalam kurun waktu itu, sesuatu yang diasosiasikan dengan Liverpool hampir semua berbau komedi.
Dari jas putih di final Piala FA 1996 hingga rambut kuncir Andriy Voronin. Tapi gol bunuh diri terbaik sepanjang masa Djimi Traore hingga gol bola voli pantai ke gawang Pepe Reina. Hal itu akan berubah tahun ini.
Untuk pertama kalinya di era Premier League, kalimat klasik para Liverpudlian "This Could Be Our Year" -- Ini bisa jadi tahun kita -- bisa diucapkan tanpa ironi. Mereka layak mendapatkannya.
Tapi lepas daripada itu, saya tak tahu bagaimana alam bawah sadar saya akan bereaksi jika melihat Steven Gerrard mengangkat trofi Premier League. Sebagai langkah pencegahan, saya telah membuat janji dengan psikiater seandainya itu membuat saya depresi akut.

====
* Penulis adalah satiris dan presenter olahraga. Bisa dihubungi melalui akun twitter @pangeransiahaan