Senin, 21 April 2014

Copa del Rey: Real Madrid 2 - 1 Barcelona Menundukkan Barcelona dengan Di Maria sebagai Pusat Serangan

Menundukkan Barcelona dengan Di Maria sebagai Pusat Serangan

Pandit Football Indonesia - detikSport
Kamis, 17/04/2014 15:09 WIB

Real Madrid berhasil menjuarai Copa del Rey sekaligus meraih trofi pertama mereka musim ini. Mereka menundukkan musuh bebuyutannya, Barcelona, dengan skor 2-1. Kemenangan ini membuat Real Madrid kini berpeluang untuk meraih treble winner.

Sedangkan bagi kubu Barcelona, kekalahan ini adalah yang ketiga secara beruntun. Tersingkir dari Liga Champions, poin La Liga yang semakin menjauh dari Atletico, hingga sekarang menyerahkan gelar Copa del Rey kepada Real Madrid, setidaknya bisa jadi gambaran bagaimana terpuruknya Blaugrana dalam dua minggu terakhir.

Terlepas dari permasalahan performa Barcelona, laga El Clasico semalam tetap menarik untuk disimak, seperti halnya pertandingan-pertandingan antar Real dan Barca sebelumnya. Saling membalas gol hingga perselisihan antar pemain mewarnai jalannya pertandingan.



Di Maria sebagai Pusat Permainan Menyerang

Lini depan Real Madrid tidak terlalu terpengaruh dengan absennya Ronaldo, seperti yang dikhawatirkan banyak orang. Barisan penyerang El Real justru bermain lebih bebas tanpa ada individu yang menonjol.

Tiga pemain di depan, yakni Bale, Di Maria, dan Benzema sebenarnya bermain sangat cair dalam pertandingan kali ini. Ditilik secara posisi, ketiga pemain tersebut seringkali bertukar tempat. Hanya saja, mereka berbagi peran dalam permainan.

Di Maria bertugas untuk jadi seorang playmaker, terutama saat Real Madrid sedang menguasai bola dan dalam kondisi menyerang. Sementara itu, Bale bertugas murni sebagai seorang targetman, tanpa banyak berperan dalam membangun serangan dari awal. Catatan jumlah umpan yang dilakukan Bale juga terendah di antara pemain lain yang menjadi starter, yakni hanya 22 kali.

Dalam membangun serangan, Di Maria sendiri lebih banyak bekerjasama membangun serangan dengan Di Maria. Benzema membuka ruang untuk menerima umpan, sementara Di Maria banyak memegang bola saat berada di area sepertiga akhir.

Tidak jarang Di Maria juga ikut turun ke tengah sebagai tembok pemantul dalam umpan 1-2 Real Madrid. Cairnya pergerakan trio penyerang El Real kali ini juga terlihat pada gol pertama yang dicetak Di Maria.
Menerima umpan pada area tengah lapangan, Di Maria bergerak melebar ke kiri untuk memberi ruang bagi Bale yang berlari dari tengah ke kanan. Namun, karena pertahanan Barca yang memang rapuh, Di Maria tak perlu memberikan bola kepada rekannya tersebut dan tinggal menceploskan ke gawang.



Seretnya Aliran Bola Barcelona

Selama babak pertama, Barca terlihat kesulitan memasuki kotak penalti Real Madrid, meski dari catatan statistik mengimbangi Real. Umpan terobosan yang biasa menjadi andalan tidak bisa dilakukan. Hal ini karena minimnya pergerakan penyerang Blaugrana dalam membuka ruang.



Keadaan di atas membuat Barca harus masuk melalui sayap sehingga umpan silang yang dilakukan oleh anak asuh Tata Martino juga meningkat. Skema ini sebenarnya belum bisa diandalkan, karena Messi yang bermain di tengah justru jarang masuk ke kotak penalti.

Pada El Clasico kali ini total Barca melakukan 30 kali umpan silang. Padahal rataan mereka musim ini hanya 18 kali, atau meningkat hampir dua kali lipat.

Posisi pemain Real Madrid, yang menggantung tiga pemain di depan untuk melakukan serangan balik, memang membuat area sayap mereka lebih rentan untuk diserang. Tak heran full back Los Galacticos jarang sekali maju membantu serangan.

Tapi Tata Martino nyatanya tidak mampu menyiapkan taktik yang sesuai untuk mengeksploitasi kelemahan Real Madrid ini. Iniesta, yang ditempatkan di sayap kiri, justru menjadi hambatan bagi Barca untuk menyerang. Kehadirannya hanya berpengaruh pada penguasaan possesion bagi Barca.

Blaugrana seolah tidak memiliki "tenaga" untuk mendorong bola dengan cepat ke depan. Ini diperparah dengan Neymar yang lebih sering mengisi pos kosong di tengah, yang ditinggalkan oleh Messi saat ia bergerak turun. Padahal, menyisir sayap untuk kemudian memberi umpan tarik/melakukan tendangan adalah salah satu keahlian pemain Brasil tersebut.

Entah apa yang mengganggu benak Lionel Messi, sehingga sepanjang 90 menit posisinya lebih sering jauh dari bola. Ia sering terlambat naik saat menyerang, dan juga saat bertahan atau sedang membangun permainan.

Salah satu puncaknya adalah mendekati menit akhir pertandingan. Barca yang berpeluang memenangi laga justru gagal saat menyerang. Terdapat momen ketika Messi hampir tidak bergerak padahal para pemain Barca menguasai bola di sepertiga akhir.





Mengalahkan Barca dengan Cara Atletico

Apa yang dilakukan oleh Carlo Ancelotti hampir sama dengan taktik Simeone saat memimpin Atletico mengalahkan Barca pekan lalu. Ia membuat Real melakukan pressing ketika bola masih berada di area pertahanan Barcelona, namun turun dengan rapat saat bola sudah masuk ke daerah Real Madrid.

Skema ini mampu memutus aliran bola dari belakang ke lini tengah Barcelona. Taktik ini juga memaksa dua bek tengah, Bartra dan Mascherano, untuk mengirim bola melalui umpan-umpan panjang.

Petaka bagi Barca karena gelandang El Real sedang dalam performa puncak kali ini. Xabi Alonso, Modric, dan Isco mampu melindungi empat bek Madrid dengan baik. Bahkan, saat menyerang, tak jarang Modric dan Isco juga ikut membantu ke depan. Instruksi yang diberikan oleh Ancelotti sepertinya juga berjalan dengan mulus.

Meski secara penguasaan bola Barca lebih unggul, namun secara kinerja mereka terlihat kalah dari El Real. Pertahanan zona yang diterapkan oleh Blaugrana gampang ditembus dengan cairnya pergerakan trio striker dan dua gelandang Madrid diatas.

Sementara itu, para gelandang Barcelona justru terlihat banyak menumpuk ketika mendekati area sepertiga akhir. Perubahan baru terlihat saat Fabregas ditarik keluar digantikan oleh Pedro pada menit ke-60.
Tata Terlambat Mengganti Pemain

Semua masalah-masalah di atas sebenarnya sudah nampak jelas pada babak pertama. Namun, sepertinya Tata terlambat dalam melakukan perubahan skema.

Dilihat dari susunan pemain yang diturunkan, sebenarnya Barca sudah mampu mengubah taktik tanpa mengganti pemain saat pergantian babak. Yakni dengan mendorong Fabregas ke depan dan menggeser Neymar ke kiri serta Messi fokus di kanan. Tapi pergantian ini belum menghasilkan hal yang positif mengingat karena performa Messi yang buruk sepanjang pertandingan.

Masuknya Pedro menggantikan Fabregas membuat Barca bisa melebarkan permainan. Saat lini tengah sulit untuk ditembus, Barca memiliki alternatif lain yaitu masuk melalui kedua sayap. Di luar dari gol balasan yang melalui tendangan pojok, masuknya Pedro membuat Barca menjadi lebih mudah masuk ke area sepertiga akhir.

Pindahnya Neymar di kiri juga membuat Di Maria menjadi tertahan dan banyak berada di area sendiri. Akibatnya, salah satu kekuatan Madrid di awal pertandingan, yakni serangan balik, menjadi tersendat.

Berbeda dengan Tata, Ancelotti tidak perlu ambil pusing karena memang pelatih lawan tidak banyak mengubah skema. Pergantian-pergantian yang dilakukannya juga untuk sekedar mengamankan skor selepas gol penentu yang dicetak Bale pada menit 85.

Kesimpulan

Barcelona seperti tidak belajar pada dua kekalahan sebelumnya saat melawan Atleti dan Granada. Tata seolah tidak menyiapkan skema yang bisa mengejutkan lawan. Peluang itulah yang dipelajari oleh Ancelotti untuk mengalahkan Blaugrana.

Selain cermat dalam mengamati kelemahan lawan, Don Carlo juga piawai dalam menyiasati ketiadaan Ronaldo. Taktiknya dengan penempatan Di Maria untuk menggantikan posisi salah satu bintangnya tersebut juga berjalan dengan baik. Demikian pula dengan mengadopsi taktik Atletico, sehingga mampu meredam aliran bola Barcelona mulai dari tengah lapangan.

Ini berbeda dengan Barcelona. Salah satu pertanyaan besar dalam pertandingan ini adalah performa buruk Messi sepanjang pertandingan. Striker asal Argentina tersebut bahkan terkesan setengah hati saat bermain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar