Kesuksesan Simeone Mengantisipasi Taktik False 9 Martino
Kamis, 10/04/2014 16:30 WIB
Atletico Madrid membuat sensasi dengan lolos ke babak semifinal Liga
Champions untuk pertama kalinya dalam 40 tahun terakhir. Mereka membuat
sensasi ini dengan menyingkirkan Barcelona.
Setelah menahan rivalnya itu 1-1 di Camp Nou, pasukan Diego Simeone itu berhasil menaklukkan Barca dengan skor 1-0 di Vicente Calderon tadi malam.
Gol cepat Koke di menit kelima menjadi salah satu kunci kemenangan Atleti. Selain itu sistem pertahanan sempurna yang dibangun Simeone membuat Barcelona kesulitan memasuki area sepertiga akhir.
Seperti biasa, Barca memang lebih banyak menguasai jalannya pertandingan. Namun hal ini bukan berarti Atletico bermain bertahan. Bahkan sang tuan rumah mampu unggul dalam penciptaan peluang dan sangat merepotkan pertahanan lawannya dengan serangan-serangan baliknya.
Barca melakukan 12 kali tembakan dengan hanya 3 yang mencapai sasaran, berbanding 15 shot (5 on target) untuk Atletico. Bahkan, pertandingan baru berjalan 18 menit saja para penyerang Atletico sudah 3 kali melesakkan attempt yang membentur gawang.

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, susunan pemain kedua tim tidak banyak berubah. Tapi di laga ini berbeda karena selain faktor absennya beberapa pemain (Atletico), pergantian taktik yang dimainkan kedua pelatih juga turut menjadi faktor berubahnya susunan line-up.
Barca mempunyai masalah serius di lini belakang menyusul absennya Gerard Pique yang menderita cedera pada pertemuan pertama lalu. Masalahnya, bek muda Marc Bartra belum begitu padu berduet dengan Javier Mascherano. Selebihnya, Tata Martino menurunkan pemain-pemain yang sama, meski dalam formasi yang berbeda.
Utak-atik paling mencolok adalah dengan Fabregas yang dipasang menjadi false 9. Ia didampingi Messi dan Neymar yang menjadi penyerang kanan dan kiri dalam formasi 4-3-3. Penempatan Fabregas sebagai false 9 sebenarnya mendulang kritik dari banyak orang, karena ia dianggap kurang bisa memberikan ketajaman pada lini depan Barca.
Tapi mungkin saja strategi itu dikarenakan Tata berharap pada kemampuan Fabregas dalam memberikan umpan terobosan untuk menembus lini pertahanan Atletico. Hingga saat ini, Fabregas memang tercatat sebagai pembuat assist terbanyak Blaugrana dengan 13 kali.
Setelah menahan rivalnya itu 1-1 di Camp Nou, pasukan Diego Simeone itu berhasil menaklukkan Barca dengan skor 1-0 di Vicente Calderon tadi malam.
Gol cepat Koke di menit kelima menjadi salah satu kunci kemenangan Atleti. Selain itu sistem pertahanan sempurna yang dibangun Simeone membuat Barcelona kesulitan memasuki area sepertiga akhir.
Seperti biasa, Barca memang lebih banyak menguasai jalannya pertandingan. Namun hal ini bukan berarti Atletico bermain bertahan. Bahkan sang tuan rumah mampu unggul dalam penciptaan peluang dan sangat merepotkan pertahanan lawannya dengan serangan-serangan baliknya.
Barca melakukan 12 kali tembakan dengan hanya 3 yang mencapai sasaran, berbanding 15 shot (5 on target) untuk Atletico. Bahkan, pertandingan baru berjalan 18 menit saja para penyerang Atletico sudah 3 kali melesakkan attempt yang membentur gawang.

Pada pertemuan-pertemuan sebelumnya, susunan pemain kedua tim tidak banyak berubah. Tapi di laga ini berbeda karena selain faktor absennya beberapa pemain (Atletico), pergantian taktik yang dimainkan kedua pelatih juga turut menjadi faktor berubahnya susunan line-up.
Barca mempunyai masalah serius di lini belakang menyusul absennya Gerard Pique yang menderita cedera pada pertemuan pertama lalu. Masalahnya, bek muda Marc Bartra belum begitu padu berduet dengan Javier Mascherano. Selebihnya, Tata Martino menurunkan pemain-pemain yang sama, meski dalam formasi yang berbeda.
Utak-atik paling mencolok adalah dengan Fabregas yang dipasang menjadi false 9. Ia didampingi Messi dan Neymar yang menjadi penyerang kanan dan kiri dalam formasi 4-3-3. Penempatan Fabregas sebagai false 9 sebenarnya mendulang kritik dari banyak orang, karena ia dianggap kurang bisa memberikan ketajaman pada lini depan Barca.
Tapi mungkin saja strategi itu dikarenakan Tata berharap pada kemampuan Fabregas dalam memberikan umpan terobosan untuk menembus lini pertahanan Atletico. Hingga saat ini, Fabregas memang tercatat sebagai pembuat assist terbanyak Blaugrana dengan 13 kali.
Hal menarik lainnya adalah bagaimana Simeone telah mengantisipasi taktik
yang diterapkan Tata. Sebelum pertandingan, muncul kabar dari berbagai
media bahwa Barca berlatih dengan menempatkan Fabregas sebagai false 9. Kabar yang ternyata sama dengan kenyataan di lapangan.
Simeone mengubah pola permainan 4-4-2 ke formasi 4-3-3 dengan kecenderungan lebih bertahan. Absennya Diego Costa dan Arda Turan memang membuat Simeone harus memikirkan taktik lainnya. Strategi menumpuk pemain di tengah yang dipakai juga mampu menghambat laju bola Barcelona. Tak heran jika pasukan Los Cules masih kerap kesulitan memasuki area sepertiga akhir.
Dua Rintangan dari Atletico
Atletico memang menerapkan strategi bertahan. Tapi bukan hanya dengan menumpuk pemain di area sendiri. Mulai dari zona pertahanan Barcelona, para penyerang Atletico sudah melakukan tekanan dan coba merebut bola secepat mungkin. Mereka seolah terlihat menerapkan strategi high-pressing meski tidak diikuti dengan high defensive line.
Kunci untuk melakukan permainan ini adalah: ketika bola gagal direbut dan Barca sudah memasuki area Atletico, para gelandang dengan segera akan membentuk tembok pertahanan di depan empat bek. Transisi bertahan yang cepat ini lah yang jadi keunggulan Atletico.

[Grafik tekel Atletico, agresif di tengah - statszone]
Pada fase ini, seperti biasa, Barcelona akan menguasai bola sepenuhnya dan pemain Atletico hanya menunggu bola di belakang. Meski begitu, berkat kemampuan Koke, Tiago, dan Gabi dalam membaca bola, banyak umpan-umpan Barcelona yang gagal masuk ke sepertiga akhir. Ini karena para gelandang tersebut fasih melakukan intersepsi.

[Grafik intersepsi Atletico - statszone]
Salah satu rahasia sukses bagaimana Atletico tetap mendapat banyak peluang meski tertekan adalah disiplinnya para gelandang mereka. Sesegera mungkin mereka akan berusaha merebut bola yang dikuasai Barca.
Agresifnya permainan Atletico juga membuat Barca harus memecahkan dua rintangan di atas: tekanan yang diberikan di area mereka sendiri dan solidnya tembok pertahanan lawan. Keadaan ini memaksa Barca sesekali harus bermain bola-bola panjang agar dapat terus mengalirkan permainan.
Simeone mengubah pola permainan 4-4-2 ke formasi 4-3-3 dengan kecenderungan lebih bertahan. Absennya Diego Costa dan Arda Turan memang membuat Simeone harus memikirkan taktik lainnya. Strategi menumpuk pemain di tengah yang dipakai juga mampu menghambat laju bola Barcelona. Tak heran jika pasukan Los Cules masih kerap kesulitan memasuki area sepertiga akhir.
Dua Rintangan dari Atletico
Atletico memang menerapkan strategi bertahan. Tapi bukan hanya dengan menumpuk pemain di area sendiri. Mulai dari zona pertahanan Barcelona, para penyerang Atletico sudah melakukan tekanan dan coba merebut bola secepat mungkin. Mereka seolah terlihat menerapkan strategi high-pressing meski tidak diikuti dengan high defensive line.
Kunci untuk melakukan permainan ini adalah: ketika bola gagal direbut dan Barca sudah memasuki area Atletico, para gelandang dengan segera akan membentuk tembok pertahanan di depan empat bek. Transisi bertahan yang cepat ini lah yang jadi keunggulan Atletico.

[Grafik tekel Atletico, agresif di tengah - statszone]
Pada fase ini, seperti biasa, Barcelona akan menguasai bola sepenuhnya dan pemain Atletico hanya menunggu bola di belakang. Meski begitu, berkat kemampuan Koke, Tiago, dan Gabi dalam membaca bola, banyak umpan-umpan Barcelona yang gagal masuk ke sepertiga akhir. Ini karena para gelandang tersebut fasih melakukan intersepsi.

[Grafik intersepsi Atletico - statszone]
Salah satu rahasia sukses bagaimana Atletico tetap mendapat banyak peluang meski tertekan adalah disiplinnya para gelandang mereka. Sesegera mungkin mereka akan berusaha merebut bola yang dikuasai Barca.
Agresifnya permainan Atletico juga membuat Barca harus memecahkan dua rintangan di atas: tekanan yang diberikan di area mereka sendiri dan solidnya tembok pertahanan lawan. Keadaan ini memaksa Barca sesekali harus bermain bola-bola panjang agar dapat terus mengalirkan permainan.
Kondisi ini diperparah dengan buruknya kemampuan duel bola udara
Barcelona, sehingga banyak kesempatan yang membuat Barca kehilangan
penguasaan bola. Dari 27 duel udara, 20 diantaranya dimenangkan oleh
Atletico dengan mayoritas area duel terjadi di tengah.
Pada 15 menit pertama Atletico bahkan tidak terlihat bertahan ultra-defensive meski sudah unggul cepat melalui gol Koke. Ketika menyerang, bisa ada 6 pemain berada di area sepertiga akhir. Maka, tidak heran jika pada awal-awal pertandingan tuan rumah lebih mampu menciptakan banyak peluang.
Taktik Penempatan Fabregas yang Mudah Terbaca
Menempatkan Fabregas sebagai false 9 dengan diapit Neymar dan Messi terbukti gagal, meski posisi ini merupakan salah satu keahlian Fabregas, baik di timnas Spanyol maupun sekarang di Barcelona. Bahkan saat pertemuan melawan Atletico pada Januari lalu, posisi ini juga yang ditempati oleh Fabregas.
Salah satu penyebab hal tersebut adalah rapatnya para pemain bertahan Atletico. Harapan agar Barca bisa membuka celah bagi Fabregas lewat akselerasi Messi ataupun Neymar juga kandas.
Justru yang terjadi adalah posisi Neymar dan Messi yang rapat ke tengah karena memang jarang terdapat pemain Barca di dalam kotak penalti. Umpan-umpan ajaib yang biasa diperagakan Barcelona juga tidak terlihat.
Diharapkan mencetak gol melalui "coming from behind", Fabregas malah tidak banyak menghasilkan peluang. Tercatat ia hanya membuat dua: satu peluang lewat luar kotak penalti dan satu tendangan yang diblok.
Iniesta yang seharusnya bertugas memanjakan lini depan Barca malah lebih banyak berada melebar di sayap kiri. Satu-satunya jalan bagi gelandang Blaugrana ini agar tiki-taka dapat terus berjalan memang dengan melebar.
Kondisi tersebut juga membuat timpangnya cara menyerang Barcelona, dengan lebih banyak bertumpu pada Neymar dan Iniesta di sisi kiri.
Man Of The Match: Koke
Pada 15 menit pertama Atletico bahkan tidak terlihat bertahan ultra-defensive meski sudah unggul cepat melalui gol Koke. Ketika menyerang, bisa ada 6 pemain berada di area sepertiga akhir. Maka, tidak heran jika pada awal-awal pertandingan tuan rumah lebih mampu menciptakan banyak peluang.
Taktik Penempatan Fabregas yang Mudah Terbaca
Menempatkan Fabregas sebagai false 9 dengan diapit Neymar dan Messi terbukti gagal, meski posisi ini merupakan salah satu keahlian Fabregas, baik di timnas Spanyol maupun sekarang di Barcelona. Bahkan saat pertemuan melawan Atletico pada Januari lalu, posisi ini juga yang ditempati oleh Fabregas.
Salah satu penyebab hal tersebut adalah rapatnya para pemain bertahan Atletico. Harapan agar Barca bisa membuka celah bagi Fabregas lewat akselerasi Messi ataupun Neymar juga kandas.
Justru yang terjadi adalah posisi Neymar dan Messi yang rapat ke tengah karena memang jarang terdapat pemain Barca di dalam kotak penalti. Umpan-umpan ajaib yang biasa diperagakan Barcelona juga tidak terlihat.
Diharapkan mencetak gol melalui "coming from behind", Fabregas malah tidak banyak menghasilkan peluang. Tercatat ia hanya membuat dua: satu peluang lewat luar kotak penalti dan satu tendangan yang diblok.
Iniesta yang seharusnya bertugas memanjakan lini depan Barca malah lebih banyak berada melebar di sayap kiri. Satu-satunya jalan bagi gelandang Blaugrana ini agar tiki-taka dapat terus berjalan memang dengan melebar.
Kondisi tersebut juga membuat timpangnya cara menyerang Barcelona, dengan lebih banyak bertumpu pada Neymar dan Iniesta di sisi kiri.
Man Of The Match: Koke
Ada satu kekhawatiran terhadap lini depan Atletico ketika pencetak tujuh
gol di Liga Champions musim ini, Diego Costa, harus absen. Namun,
melihat performa sektor depan The Red and Whites pada pertandingan kali ini, para pendukung mereka dapat tersenyum lega.
Simeone sangat paham bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada dan membaca permainan dengan baik. Pertahanan Barcelona dibuat tak berdaya dengan menerima gempuran-gempuran dari David Villa dkk.
Selain sektor depan yang memang unggul dalam hal berduel perebutan bola. Terdapat satu nama yang patut diberikan apresiasi, yakni Koke. Pemain muda Spanyol berusia 22 tahun tersebut layak diberikan gelar man of the match.
Tidak hanya mencetak gol tunggal yang menjadi kunci kemenangan Atletico, ia juga mampu jadi penyeimbang lini tengah. Koke menjadi alternatif serangan Atleti selain melalui serangan balik bola-bola panjang.

[Grafik umpan sepertiga akhir Atletico – statszone]
Kesimpulan
Atletico memiliki pola transisi yang baik terutama dari menyerang ke bertahan. Selain itu, taktik yang diterapkan oleh Simeone juga terbukti berhasil memutus alur serangan antarlini Barcelona.
Cara tuan rumah bertahan dari serangan Barca juga patut diberikan apresiasi. Tim tamu harus menghadapi dua lapis pertahanan sekaligus, yakni pressing ketat di area Barca, dan dapat segera melakukan transisi ke formasi bertahan ketika berada di area sendiri.
Tapi ini tidak berarti Atletico hanya puas bertahan. Melalui serangan balik dengan bola-bola panjang yang diarahkan ke area Alba-Mascherano, Atletico mampu berkali-kali menembus lini pertahanan Barcelona.
Sedangkan Blaugrana terbukti gagal menempatkan Fabregas sebagai seorang false 9. Lini tengah Atletico terlalu kuat untuk ditembus umpan-umpan terobosan yang biasa dilakukan Xavi dkk. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah buruknya kinerja lini belakang Barcelona.
Penampilan Bartra masih belum padu dengan Mascherano sehingga ketiadaan Pique juga sangat terasa. Barcelona memang agak keras kepala ketika tidak melakukan perburuan di lini belakang. Apalagi dengan hukuman larangan transfer yang harus mereka terima. Pertahanan Barcelona bisa jadi sangat keropos pada musim depan.
Simeone sangat paham bagaimana memanfaatkan kesempatan yang ada dan membaca permainan dengan baik. Pertahanan Barcelona dibuat tak berdaya dengan menerima gempuran-gempuran dari David Villa dkk.
Selain sektor depan yang memang unggul dalam hal berduel perebutan bola. Terdapat satu nama yang patut diberikan apresiasi, yakni Koke. Pemain muda Spanyol berusia 22 tahun tersebut layak diberikan gelar man of the match.
Tidak hanya mencetak gol tunggal yang menjadi kunci kemenangan Atletico, ia juga mampu jadi penyeimbang lini tengah. Koke menjadi alternatif serangan Atleti selain melalui serangan balik bola-bola panjang.

[Grafik umpan sepertiga akhir Atletico – statszone]
Kesimpulan
Atletico memiliki pola transisi yang baik terutama dari menyerang ke bertahan. Selain itu, taktik yang diterapkan oleh Simeone juga terbukti berhasil memutus alur serangan antarlini Barcelona.
Cara tuan rumah bertahan dari serangan Barca juga patut diberikan apresiasi. Tim tamu harus menghadapi dua lapis pertahanan sekaligus, yakni pressing ketat di area Barca, dan dapat segera melakukan transisi ke formasi bertahan ketika berada di area sendiri.
Tapi ini tidak berarti Atletico hanya puas bertahan. Melalui serangan balik dengan bola-bola panjang yang diarahkan ke area Alba-Mascherano, Atletico mampu berkali-kali menembus lini pertahanan Barcelona.
Sedangkan Blaugrana terbukti gagal menempatkan Fabregas sebagai seorang false 9. Lini tengah Atletico terlalu kuat untuk ditembus umpan-umpan terobosan yang biasa dilakukan Xavi dkk. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah buruknya kinerja lini belakang Barcelona.
Penampilan Bartra masih belum padu dengan Mascherano sehingga ketiadaan Pique juga sangat terasa. Barcelona memang agak keras kepala ketika tidak melakukan perburuan di lini belakang. Apalagi dengan hukuman larangan transfer yang harus mereka terima. Pertahanan Barcelona bisa jadi sangat keropos pada musim depan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar